SELAMAT DATANG, SUGENG RAWUH, WILUJENG SUMPING, WELCOME

Blog ini dibuat dengan berdasar keingintahuan dan minat terhadap perkembangan IT. Bila masih banyak kekurangannya mohon dimaafkan dan bila berkenan dapat memberikan masukan guna perbaikan kedepannya. Bimbingan dari sesama blogger sangat saya nantikan... trims.

Jumat, 08 Januari 2016

Tiga Ragam Kelainan Tulang Belakang

Jakarta -Secara umum, ada tiga kelainan tulang belakang yang dialami manusia, yaitu lordosis, kifosis dan skoliosis. Bila dilihat dari belakang, punggung manusia akan terlihat lurus, namun pada pasien ketiga kondisi tersebut, punggungnya akan tampak melengkung, bisa ke depan, makin ke belakang alias membungkuk ataupun bengkok ke kiri dan kanan.

Penyebab utama dari ketiga kondisi ini sangat beragam, bisa karena genetik maupun gangguan lain. Berikut ulasan singkat tentang ketiga kondisi tersebut seperti dirangkum detikHealth dari berbagai sumber, Kamis (7/1/2015):

1. Lordosis

Dikutip dari MedlinePlus, Kamis (7/1/2016), lordosis merujuk pada kondisi di mana tulang punggung seseorang melengkung atau bengkok ke depan. Penyebab lordosis yang paling umum adalah spondilolistesis atau pergeseran ruas tulang belakang.

Kondisi ini bisa muncul karena bawaan lahir atau terjadi setelah melakukan aktivitas olahraga tertentu seperti senam. Pada kasus tertentu, lordosis juga bisa timbul bersamaan dengan terjadinya arthritis atau radang sendi pada tulang belakang.

Penyebab lordosis yang tidak umum, antara lain:
- achondroplasia, gangguan pada pertumbuhan tulang yang selama ini juga dikenal sebagai penyebab umum dwarfisme atau kekerdilan
- distrofi otot

Di sisi lain, lordosis kerap dikait-kaitkan dengan sikap tubuh yang buruk, terutama saat duduk dan berdiri. Sikap tubuh yang dimaksud adalah sikap duduk atau yang terlalu sering membusungkan dada ke depan. Kondisi ini akan membuat pantat terlihat lebih menonjol, dan saat berbaring akan terlihat di bawah punggung ada ruang kosong, meski seharusnya punggung bisa menempel sempurna di permukaan yang datar seperti lantai.

Kebanyakan kasus lordosis bersifat ringan, artinya akan hilang dengan sendirinya saat seorang anak tumbuh dewasa. Namun bila kasusnya lebih parah, dokter akan memberikan penanganan sesuai usia, riwayat kesehatan si anak dan juga penyebab lordosisnya.

Biasanya tujuan penanganan adalah untuk menghentikan perkembangan lengkungan dan mencegah deformitas.

 2. Kifosis

Punggung sedikit melengkung masih dikatakan normal, tetapi jika sudah parah itu biasa disebut sebagai kifosis. Kifosis merupakan kelainan tulang belakang berupa tulang punggung yang melengkung ke belakang atau membungkuk.

Biasanya dengan tingkat kelengkungan lebih dari 50 derajat. Itulah mengapa penderita kifosis biasanya terlihat seperti memiliki punuk di punggungnya.

Dikutip dari Mayo Clinic, kifosis juga dapat terjadi karena berbagai hal, di antaranya:
- osteoporosis
- arthritis degeneratif
- tuberkulosis dan infeksi tulang belakang lain yang dapat memicu kerusakan sendi
- kanker atau tumor jinak yang menimpa tulang belakang dan memaksa tulang keluar dari posisi semula, begitu juga dengan pengobatannya
- spina bifida
- kondisi yang dapat menyebabkan paralisis atau kelumpuhan, seperti cerebral palsy dan polio
- penyakit Scheuermann, terjadi sebelum masa pubertas, terutama pada anak laki-laki. Seiring pertambahan usia, pembungkukan pada pasien penyakit ini biasanya akan makin buruk.
- cacat lahir, yaitu ketika tulang belakang bayi tidak terbentuk sempurna sejak dalam kandungan
- sindrom-sindrom tertentu, seperti sindrom Marfan atau Prader-Willi

Dijelaskan dr Siti Annisa Nuhonni, SpKFR, spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi dari RS Cipto Mangunkusumo, ada banyak hal sepele yang dapat merusak postur tubuh, termasuk memicu kifosis seperti terlalu sering bermain gadget.

Ia juga menunjuk pada pekerja kantoran yang sering berada di depan laptop. "Orang-orang seperti ini kalau tidak menjaga konsumsi kalsiumnya dengan baik dan tidak menjaga posturnya, akan mudah terkena osteoporosis dan kifosis," urainya.

Penderita kifosis ringan tidak akan merasakan gejala apapun, namun pada kasus yang parah maka dapat memicu nyeri, punggung terasa kaku, bahkan penurunan nafsu makan karena perut tertekan.

Penanganannya pun didasarkan pada usia, penyebab kifosis serta dampaknya pada postur tubuh. Menurut dr Siti, ada beberapa jenis olahraga yang dapat mengoreksi kifosis adalah berenang, senam (back up) dan latihan beban yang berpusat pada otot tulang punggung dan tulang belakang. "Cukup lakukan 30 menit secara rutin. Ini akan sangat membantu," sarannya beberapa waktu lalu.

Namun pada kasus yang buruk di mana lekukannya sampai mempengaruhi saraf di tulang belakang, operasi bisa jadi solusi untuk setidaknya mengurangi tingkat kelengkungan pada tulang belakang penderita. Prosedur yang paling sering dipakai disebut dengan 'spinal fusion'.

 3. Skoliosis

Selain kifosis, skoliosis bisa jadi kelainan tulang belakang yang paling banyak ditemukan. Skoliosis merupakan kelainan yang ditandai dengan melengkungnya tulang ke arah samping sehingga membentuk huruf S atau C.

Dikutip dari isocliosis.com, skoliosis biasanya terdeteksi pada kelengkungan tulang sebesar 10 derajat atau lebih. Namun bila kelengkungan tulangnya mencapai 25-30 derajat, maka sudah harus diwaspadai karena itu artinya dapat berdampak pada bagian tubuh lain seperti dada dan panggul, bahkan hingga ke organ dalam seperti jantung dan paru-paru.

"Dampak paling ringan keluhan nyeri otot di daerah punggung. Tapi kalau skoliosis dibiarkan saja akan timbul gangguan pada fungsi paru-paru dan jantung karena ruang yang digunakannya berkurang akibat desakan atau tekanan dari tulang belakang," terang dr Benedictus Megaputera, SpOT, MSi dari RS Siloam Hospital Surabaya.

Skoliosis sering terjadi pada remaja perempuan. Penyebabnya juga beragam, bisa karena kelainan bawaan, gangguan saraf dan otot, atau bahkan tidak diketahui penyebabnya (idiopatik). Namun yang jelas, risikonya lebih besar pada orang-orang yang memiliki riwayat penyakit serupa dalam keluarganya.

"Orang yang punya riwayat skoliosis dari keluarga biasanya potensi untuk mengalami hal yang sama ada 70 hingga 80 persen," ujar Dr dr Rahyussalim, SpOT(K) dari RS Cipto Mangunkusumo beberapa waktu lalu.

dr Siti menambahkan tren penggunaan tas tangan juga ditengarai memicu skoliosis pada wanita dan remaja perempuan karena hanya membebani salah satu lengan atau bahu. Mengangkat beban berat di salah satu bahu juga dianggap dapat menyebabkan skoliosis. Begitu pula dengan kebiasaan duduk melorot, imbuh dr Benedictus.

Meski begitu beban yang berat serta posisi duduk yang keliru tidak dikatakan sebagai penyebab langsung, melainkan hanya memperburuk kelengkungan kurva.

Penanganan skoliosis ringan hanya dengan melatih agar postur tubuh pasien bisa kembali seperti semula. Ini utamanya pada penderita skoliosis yang dipicu oleh faktor di luar kelainan struktur anatomi tulang.

"Sebaliknya, belum tentu pula dilakukan operasi, bergantung kepada faktor usia, besarnya derajat kelengkungan skoliosis dan keluhan yang dialami," terang dr Benedictus.

 http://health.detik.com/read/2016/01/07/143237/3112942/763/4/tiga-ragam-kelainan-tulang-belakang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar