Jakarta -Secara
umum, ada tiga kelainan tulang belakang yang dialami manusia, yaitu
lordosis, kifosis dan skoliosis. Bila dilihat dari belakang, punggung
manusia akan terlihat lurus, namun pada pasien ketiga kondisi tersebut,
punggungnya akan tampak melengkung, bisa ke depan, makin ke belakang
alias membungkuk ataupun bengkok ke kiri dan kanan.
Penyebab
utama dari ketiga kondisi ini sangat beragam, bisa karena genetik maupun
gangguan lain. Berikut ulasan singkat tentang ketiga kondisi tersebut
seperti dirangkum detikHealth dari berbagai sumber, Kamis (7/1/2015):
1. Lordosis
Dikutip dari MedlinePlus, Kamis (7/1/2016), lordosis merujuk pada
kondisi di mana tulang punggung seseorang melengkung atau bengkok ke
depan. Penyebab lordosis yang paling umum adalah spondilolistesis atau
pergeseran ruas tulang belakang.
Kondisi ini bisa muncul karena
bawaan lahir atau terjadi setelah melakukan aktivitas olahraga tertentu
seperti senam. Pada kasus tertentu, lordosis juga bisa timbul bersamaan
dengan terjadinya arthritis atau radang sendi pada tulang belakang.
Penyebab lordosis yang tidak umum, antara lain:
- achondroplasia, gangguan pada pertumbuhan tulang yang selama ini juga dikenal sebagai penyebab umum dwarfisme atau kekerdilan
- distrofi otot
Di
sisi lain, lordosis kerap dikait-kaitkan dengan sikap tubuh yang buruk,
terutama saat duduk dan berdiri. Sikap tubuh yang dimaksud adalah sikap
duduk atau yang terlalu sering membusungkan dada ke depan. Kondisi ini
akan membuat pantat terlihat lebih menonjol, dan saat berbaring akan
terlihat di bawah punggung ada ruang kosong, meski seharusnya punggung
bisa menempel sempurna di permukaan yang datar seperti lantai.
Kebanyakan
kasus lordosis bersifat ringan, artinya akan hilang dengan sendirinya
saat seorang anak tumbuh dewasa. Namun bila kasusnya lebih parah, dokter
akan memberikan penanganan sesuai usia, riwayat kesehatan si anak dan
juga penyebab lordosisnya.
Biasanya tujuan penanganan adalah untuk menghentikan perkembangan lengkungan dan mencegah deformitas.
2. Kifosis
Punggung sedikit melengkung masih dikatakan normal, tetapi jika
sudah parah itu biasa disebut sebagai kifosis. Kifosis merupakan
kelainan tulang belakang berupa tulang punggung yang melengkung ke
belakang atau membungkuk.
Biasanya dengan tingkat kelengkungan
lebih dari 50 derajat. Itulah mengapa penderita kifosis biasanya
terlihat seperti memiliki punuk di punggungnya.
Dikutip dari Mayo Clinic, kifosis juga dapat terjadi karena berbagai hal, di antaranya:
- osteoporosis
- arthritis degeneratif
- tuberkulosis dan infeksi tulang belakang lain yang dapat memicu kerusakan sendi
-
kanker atau tumor jinak yang menimpa tulang belakang dan memaksa tulang
keluar dari posisi semula, begitu juga dengan pengobatannya
- spina bifida
- kondisi yang dapat menyebabkan paralisis atau kelumpuhan, seperti cerebral palsy dan polio
-
penyakit Scheuermann, terjadi sebelum masa pubertas, terutama pada anak
laki-laki. Seiring pertambahan usia, pembungkukan pada pasien penyakit
ini biasanya akan makin buruk.
- cacat lahir, yaitu ketika tulang belakang bayi tidak terbentuk sempurna sejak dalam kandungan
- sindrom-sindrom tertentu, seperti sindrom Marfan atau Prader-Willi
Dijelaskan
dr Siti Annisa Nuhonni, SpKFR, spesialis kedokteran fisik dan
rehabilitasi dari RS Cipto Mangunkusumo, ada banyak hal sepele yang
dapat merusak postur tubuh, termasuk memicu kifosis seperti terlalu
sering bermain gadget.
Ia juga menunjuk pada pekerja kantoran
yang sering berada di depan laptop. "Orang-orang seperti ini kalau tidak
menjaga konsumsi kalsiumnya dengan baik dan tidak menjaga posturnya,
akan mudah terkena osteoporosis dan kifosis," urainya.
Penderita
kifosis ringan tidak akan merasakan gejala apapun, namun pada kasus yang
parah maka dapat memicu nyeri, punggung terasa kaku, bahkan penurunan
nafsu makan karena perut tertekan.
Penanganannya pun didasarkan
pada usia, penyebab kifosis serta dampaknya pada postur tubuh. Menurut
dr Siti, ada beberapa jenis olahraga yang dapat mengoreksi kifosis
adalah berenang, senam (back up) dan latihan beban yang berpusat pada
otot tulang punggung dan tulang belakang. "Cukup lakukan 30 menit secara
rutin. Ini akan sangat membantu," sarannya beberapa waktu lalu.
Namun
pada kasus yang buruk di mana lekukannya sampai mempengaruhi saraf di
tulang belakang, operasi bisa jadi solusi untuk setidaknya mengurangi
tingkat kelengkungan pada tulang belakang penderita. Prosedur yang
paling sering dipakai disebut dengan 'spinal fusion'.
3. Skoliosis
Selain kifosis, skoliosis bisa jadi kelainan tulang belakang yang
paling banyak ditemukan. Skoliosis merupakan kelainan yang ditandai
dengan melengkungnya tulang ke arah samping sehingga membentuk huruf S
atau C.
Dikutip dari isocliosis.com, skoliosis biasanya
terdeteksi pada kelengkungan tulang sebesar 10 derajat atau lebih. Namun
bila kelengkungan tulangnya mencapai 25-30 derajat, maka sudah harus
diwaspadai karena itu artinya dapat berdampak pada bagian tubuh lain
seperti dada dan panggul, bahkan hingga ke organ dalam seperti jantung
dan paru-paru.
"Dampak paling ringan keluhan nyeri otot di daerah
punggung. Tapi kalau skoliosis dibiarkan saja akan timbul gangguan pada
fungsi paru-paru dan jantung karena ruang yang digunakannya berkurang
akibat desakan atau tekanan dari tulang belakang," terang dr Benedictus
Megaputera, SpOT, MSi dari RS Siloam Hospital Surabaya.
Skoliosis
sering terjadi pada remaja perempuan. Penyebabnya juga beragam, bisa
karena kelainan bawaan, gangguan saraf dan otot, atau bahkan tidak
diketahui penyebabnya (idiopatik). Namun yang jelas, risikonya lebih
besar pada orang-orang yang memiliki riwayat penyakit serupa dalam
keluarganya.
"Orang yang punya riwayat skoliosis dari keluarga
biasanya potensi untuk mengalami hal yang sama ada 70 hingga 80 persen,"
ujar Dr dr Rahyussalim, SpOT(K) dari RS Cipto Mangunkusumo beberapa
waktu lalu.
dr Siti menambahkan tren penggunaan tas tangan juga
ditengarai memicu skoliosis pada wanita dan remaja perempuan karena
hanya membebani salah satu lengan atau bahu. Mengangkat beban berat di
salah satu bahu juga dianggap dapat menyebabkan skoliosis. Begitu pula
dengan kebiasaan duduk melorot, imbuh dr Benedictus.
Meski begitu
beban yang berat serta posisi duduk yang keliru tidak dikatakan sebagai
penyebab langsung, melainkan hanya memperburuk kelengkungan kurva.
Penanganan
skoliosis ringan hanya dengan melatih agar postur tubuh pasien bisa
kembali seperti semula. Ini utamanya pada penderita skoliosis yang
dipicu oleh faktor di luar kelainan struktur anatomi tulang.
"Sebaliknya,
belum tentu pula dilakukan operasi, bergantung kepada faktor usia,
besarnya derajat kelengkungan skoliosis dan keluhan yang dialami,"
terang dr Benedictus.
http://health.detik.com/read/2016/01/07/143237/3112942/763/4/tiga-ragam-kelainan-tulang-belakang
SELAMAT DATANG, SUGENG RAWUH, WILUJENG SUMPING, WELCOME
Blog ini dibuat dengan berdasar keingintahuan dan minat terhadap perkembangan IT. Bila masih banyak kekurangannya mohon dimaafkan dan bila berkenan dapat memberikan masukan guna perbaikan kedepannya. Bimbingan dari sesama blogger sangat saya nantikan... trims.
Label
- ARTIS (11)
- CPNS Depkumham (16)
- CPNS Kemenkumham (5)
- Gaji PNS (25)
- IDI (4)
- KESEHATAN (242)
- KOMPUTER (9)
- PPDS (9)
- PTC (3)
- Reformasi Birokrasi (30)
- REMUNERASI PEGAWAI NEGERI (64)
- SERBA-SERBI (512)
- TAEKWONDO (9)
- TKHI (9)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar